Salah satu sisi perdagangan internasional yang dilakukan oleh suatu negara adalah impor. Sisi yang lain bernama ekspor. Contohnya, Indonesia mengimpor hp, tablet, laptop, pc, software, tv, mobil, motor, arloji, dsb. Semua barang impor tadi sangat bermanfaat buat masyarakat Indonesia.
Aktifitas kehidupan masyarakat Indonesia dengan barang-barang impor tersebut akan lebih meningkat dibandingkan kalau barang-barang tadi tidak diimpor oleh Indonesia. Demikian pula dengan kreativitas masyarakat Indonesia yang akan bisa tersalurkan dengan lebih baik melalui berbagai barang impor. Contohnya, aktifitas anda membaca atau menulis di Kompasiana ini pun menjadi lebih mudah dilakukan dikarenakan oleh barang impor.
Impor memudahkan masyarakat Indonesia menjalani kehidupan ini. Tanpa barang impor mungkin hidup anda akan bertambah berat (betul nggak ya?). Dengan kata lain, impor mempunyai potensi untuk mensejahterkan masyarakat Indonesia. Inilah manfaat dari impor.
Apa manfaat ekspor?
Apakah anda pernah merasakan manfaat dari ekspor yang dilakukan Indonesia? Mungkin anda bingung menjawabnya karena anda bukan eksportir. Memang eksportirlah yang mendapat manfaat langsung dari ekspor. Selama anda bukan eksportir maka anda tidak akan merasakan langsung manfaat dari aktifitas ekspor Indonesia.
Namun dapatkan Indonesia mengimpor barang kalau Indonesia tidak pernah ekspor? Jawabnya: tidak bisa. Jadi supaya anda bisa mengimpor suatu barang maka harus ada orang lain yang melakukan aktifitas ekspor sebagai sumber devisa.
Kehidupan anda menjadi lebih mudah dijalani karena keberadaan barang impor dan ini difasilitasi oleh orang lain yang melakukan ekspor. Mungkin pada mulanya anda tidak menikmati manfaat ekspor secara langsung. Sekalipun anda tidak mengenal eksportinya, namun sebetulnya anda mendapat manfaat dari kehadirannya.
Eksportir juga mendapat berbagai kemudahan dari barang-barang yang diimpor untuk aktifitas perencanaan produk, produksi, kontrol, kemasan, pemasaran, distribusi, dan urusan logistik lainnya.
Dapatkah sekarang disimpulkan bahwa ternyata manfaat (benefit) perdagangan internasional terletak pada aktifitas impor? Sedangkan beban biaya (cost) pengorbanan yang harus ditanggung suatu negara supaya bisa melakukan aktifitas impor adalah aktifitas ekspor?
Bila kesimpuannya iya, maka impor adalah benefit sedangkan ekspor adalah cost. Impor adalah manfaat, ekspor adalah beban. Betul nggak ya?
Perdagangan internasional adalah bentuk kerjasama (cooperation) yang melibatkan berbagai unsur masyarakat di dunia. Sekalipun individu yang terlibat di dalamnya tidak saling mengenal.
Anda membeli dan memanfaatkan Windows tanpa anda perlu mengenal dulu Bill Gates (serta pegawai Microsoft-nya) dan sebaliknya mereka juga tidak perlu mengenal anda. Sekalipun tidak saling kenal, namun aktifitas jual-beli Windows melalui perdagangan internasional tetap terjadi.
Pelaku perdagangan (domestik atau internasional) memang bisa tidak saling mengenal tapi mereka bisa bekerja sama untuk saling memberi manfaat. Anda dapat manfaat dari Bill Gates, Bill Gates sendiri juga dapat manfaat dari anda. Anda tidak perlu saling kenal untuk saling bekerja sama dan saling memberi manfaat. Aneh ya?
Inilah bentuk kerjasama yang disebut impersonal cooperation.
Setiap orang terlibat dalam impersonal cooperation selama ia tinggal di bumi dan melakukan transaksi jual-beli. Karena itu setiap orang membawa manfaat bagi masyarakatnya. Se-egois apapun orangnya, ia tetap bermanfaat bagi masyarakatnya asalkan ia berperan sebagai penjual atau pembeli. Ia hanya memilih jalur minimalis saja.
Indah sekali paradigma ini. Berpikiran positif nih ye. :-)
Siapa yang menyuruh mereka bekerjasama dan saling memberi manfaat satu sama lain?
Jawabnya terletak pada tongkat komando yang bernama harga-harga (prices) barang dan jasa. Kalau harga tidak cocok maka kerjasama tidak akan terjadi, dan tidak terjadi pula saling memberi manfaat. Prices ini akan memberi komando kepada resources (barang dan jasa) kemana mereka harus bergerak untuk pindah tempat dan pindah tangan (kepemilikan).
Itulah kesaktian dari prices.
Do not disturb prices! Ini semboyan World Bank ditahun 70-an yang ditujukan kepada negara-negara yang sedang berkembang. Memang negara-negara sedang berkembang waktu itu mempunyai hobi suka mengganggu prices lewat pajak impor, pajak ekspor dsb. Kalau prices diganggu maka ia akan merusak kerjasama dan selanjutnya akan pudar pula manfaat bagi masyarakat yang semula muncul dari kerjasama. Resource allocation jadi rusak.
Inilah inti dari peran ilmu ekonomi, menerangkan bagaimana resource allocation terjadi di dalam masyarakat. Tentu saja ekonom akan menerangkannya melalui bahasa Indonesia (atau bahasa lainnya) dengan bantuan bahasa matematika di dalam benaknya. Apa boleh buat sih. :-)
Semoga bermanfaat.